Selasa, 22 September 2015

orang sulit



ORANG SULIT (SIAPA DAN MENGAPA)

            Ini merupakan contoh tentang karakter "orang sulit" yang diperankan oleh Merry dan  Anto.
Merry adalah orang yang supel, pandai bergaul, ceria, dan paling bisa menghidupkan suasana dalam setiap acara. Namun, spontanitas dan sifatnya yang ekspresif ini tidak jarang menimbulkan persoalan bagi rekan-rekan kerja maupun atasannya. Ia bisa mengganti topic pembicaraan secara tiba-tiba atau mengungkapakan gagasan yang melintas dipikirannya tanpa mempertimbangkan konteks sebelumnya. Dalam rapat, misalnya ia sering tiba-tiba membelokkan arah pembicaraaan dan menceritakan dirinya panjang lebar. Perilakunya ini sangat membuat lelah peserta rapat. Merry juga sangat senang membuat program-program baru dan menarik bagi perusahaannya tanpa berpikir detail operasionalnya. Ia adalah inovator, tetapi sering tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulainya. Ulahnya ini tidak jarang berimbas pada kerja keras teman-temannya karena mereka terpaksa menyelesaikan program yang sudah terlanjur dijalankan.
            Perilaku merry menyulitkan rekan-rekan kerjanya, terutama Anto, teman satu timnya. Anto merasa cara kerja Merry sangat tidak sistematis, reaktif, dan tanpa perencanaan. Menurut Anto, setiap aktivitas seharusnya direncanakan dan diperhitungkan sungguh-sungguh. Setiap detail resiko dan sumber daya harus dipertimbangkan secara matang. Anto merasa keputusan-keputusan Merry sering membuat teman satu timnya, termasuk dirinya, harus menanggung resiko ketidakcermatan Merry. Anto juga merasa bahwa seharusnya setiap program diselesaikan terlebih dahulu sebelum seorang mengajukan atau menerima program lain.
            Anto dan rekan-rekannya merasa tidak cocok satu sama lain. Bagi Anto, Merry adaalah orang yang ceroboh dan terlalu berani menanggung resiko. Sementara itu menurut Merry, Anto terlalu lamban dan menghambat kemajuan perusahaan.
            Anto dan rekan-rekannya merasa tidak bisa memahami cara kerja Merry. Mereka, terutama Anto, merasa bahwa Merry tidak perduli terhadap kesulitan yang ditimbulkan oleh perilakunya. Sementara itu baagi Merry, Anto dan teman-temannya tidak memahami dirinya. Mereka tidak menghargai kerasnya dan selalu mengeluhkan kekurangan-kekurangan Merrry. Bagi Anto Dan rekan-rekannya, Merry adalah “orang sulit”. Sebaliknya, Merry merasa bahwa rekan-rekannya telah mempersulit dirinya.
            Sama seperti Merry dan Anto, ketika kita merasa tidak bisa memahami seseorang, sulit menjalin hubungan dengannya, dan merasa tidak dipahami, maka tak jaranag kita mengatakan bahwa dia adalah orang yang sulit. Bagi Anto, Merry adalah orang sulit, demikian juga sebaliknya, Anto adalah  “ orang sulit” bagi Merry. Jadi siapakah “orang sulit” itu sebenarnya ?


A.    Siapakah orang sulit ?
“orang sulit” adalah seseorang yang sulit kita libatkan dalam interaksi yang memuaskan, mungkin orang itu sulit kita pahami perilakunya, tidak bisa memahami kita, selalu mengeluh, selalu merasa dirinya lebih baik, kaku, atau orang yang mengendalikan kita terus-menerus. Dengan demikian, kita pun sebenarnya berpotensi menjadi orang sulit bagu orang lain.

B.     Sumber kesulitan
Ketika kita mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, mungkin orang tersebut termasuk dalam kategori “orang sulit”. Orang ini biasanya tidak mampu menjalin relasi memuaskan dengan orang lain. Mungkin ia mempunyai dorongan permusuhan yang tinggi, ingin menguasai orang lain, sangat membutuhkan dukungan dan penerimaan dari orang lain, kaku, bersikap tertutup, memanipulasi orang lain, dan sebagainya. Orang sulit biasanya jarang merasa bahwa dirinya bermasalah dan membutuhkan bantuan untuk mengembangkan dirinya. Ini lah yang membuat mereka menjadi “ orang sulit”.

C.    Tips
1.      Ketika kita mengalami kesulitan berinteraksi dengan seseorang jangan cepat-cepat menyimpulkan bahwa ia adalah “orang sulit”
2.      Analisislah diri sendiri sebelum menganalisis orang lain apakah kesulitan relasi ini bersumber dari diri sendiri misalnya, kita mempunyai harapan-harapan yang kurang realistis terhadapa orang lain berupaya menyamaratakan orang lain dengan diri sendiri, mengevaluasi orang lain bukan berdasarkan fakta, tetapi lebih pada asumsi dan prasangka, terlalu peka terhadap kritikan dan penolakan, dan sebagainya. Jika memang sumbernya adalah diri sendiri, maka mengubah diri lebih efektif dibandingkan mengubah orang lain.
3.      Sebelum bereaksi terhadap perilaku orang lain, buatlah analisis terlebih dahulu. Misalnya, apakah ia memunyai kepribadian yang berbeda dengan saya ? apakah saya bisa memahaminya dengan mempelajari kecenderungan kepribadiannya? Apakah kesulitan ini bukan semata-mata bersumber dari perbedaan kepribadian, tetapi karena ia memang pribadi yang sulit ? jika memang pribadi yang sulit, maka tetaplah berusaha objektif, jangan terperangkap dalam problem orang lain dan jangan menjadikannya milik sendiri.
4.      Jangan memberikan cap kepada orang lain dengan karateristik kepribadiannya karena hal ini akan semakin memperkuat stereotip kita tantang orang lain. Pengetahuan kecenderungan kepribadian orang lain adalah sarana bagi kita untuk lebih memahami orang lain serta menyesuaikan sikap dan pandangan kita saat berinteraksi.