ORANG
SULIT (SIAPA DAN MENGAPA)
Ini merupakan contoh tentang karakter "orang sulit" yang diperankan oleh Merry dan Anto.
Merry adalah orang yang supel, pandai bergaul, ceria, dan
paling bisa menghidupkan suasana dalam setiap acara. Namun, spontanitas dan
sifatnya yang ekspresif ini tidak jarang menimbulkan persoalan bagi rekan-rekan
kerja maupun atasannya. Ia bisa mengganti topic pembicaraan secara tiba-tiba
atau mengungkapakan gagasan yang melintas dipikirannya tanpa mempertimbangkan
konteks sebelumnya. Dalam rapat, misalnya ia sering tiba-tiba membelokkan arah
pembicaraaan dan menceritakan dirinya panjang lebar. Perilakunya ini sangat
membuat lelah peserta rapat. Merry juga sangat senang membuat program-program
baru dan menarik bagi perusahaannya tanpa berpikir detail operasionalnya. Ia
adalah inovator, tetapi sering tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang sudah
dimulainya. Ulahnya ini tidak jarang berimbas pada kerja keras teman-temannya
karena mereka terpaksa menyelesaikan program yang sudah terlanjur dijalankan.
Perilaku merry menyulitkan rekan-rekan kerjanya, terutama
Anto, teman satu timnya. Anto merasa cara kerja Merry sangat tidak sistematis,
reaktif, dan tanpa perencanaan. Menurut Anto, setiap aktivitas seharusnya
direncanakan dan diperhitungkan sungguh-sungguh. Setiap detail resiko dan
sumber daya harus dipertimbangkan secara matang. Anto merasa
keputusan-keputusan Merry sering membuat teman satu timnya, termasuk dirinya,
harus menanggung resiko ketidakcermatan Merry. Anto juga merasa bahwa
seharusnya setiap program diselesaikan terlebih dahulu sebelum seorang
mengajukan atau menerima program lain.
Anto dan rekan-rekannya merasa tidak cocok satu sama
lain. Bagi Anto, Merry adaalah orang yang ceroboh dan terlalu berani menanggung
resiko. Sementara itu menurut Merry, Anto terlalu lamban dan menghambat
kemajuan perusahaan.
Anto dan rekan-rekannya merasa tidak bisa memahami cara
kerja Merry. Mereka, terutama Anto, merasa bahwa Merry tidak perduli terhadap
kesulitan yang ditimbulkan oleh perilakunya. Sementara itu baagi Merry, Anto
dan teman-temannya tidak memahami dirinya. Mereka tidak menghargai kerasnya dan
selalu mengeluhkan kekurangan-kekurangan Merrry. Bagi Anto Dan rekan-rekannya,
Merry adalah “orang sulit”. Sebaliknya, Merry merasa bahwa rekan-rekannya telah
mempersulit dirinya.
Sama seperti Merry dan Anto, ketika kita merasa tidak
bisa memahami seseorang, sulit menjalin hubungan dengannya, dan merasa tidak
dipahami, maka tak jaranag kita mengatakan bahwa dia adalah orang yang sulit.
Bagi Anto, Merry adalah orang sulit, demikian juga sebaliknya, Anto adalah “ orang sulit” bagi Merry. Jadi siapakah
“orang sulit” itu sebenarnya ?
A.
Siapakah
orang sulit ?
“orang sulit” adalah
seseorang yang sulit kita libatkan dalam interaksi yang memuaskan, mungkin
orang itu sulit kita pahami perilakunya, tidak bisa memahami kita, selalu
mengeluh, selalu merasa dirinya lebih baik, kaku, atau orang yang mengendalikan
kita terus-menerus. Dengan demikian, kita pun sebenarnya berpotensi menjadi
orang sulit bagu orang lain.
B.
Sumber
kesulitan
Ketika kita mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, mungkin orang tersebut termasuk
dalam kategori “orang sulit”. Orang ini biasanya tidak mampu menjalin relasi
memuaskan dengan orang lain. Mungkin ia mempunyai dorongan permusuhan yang
tinggi, ingin menguasai orang lain, sangat membutuhkan dukungan dan penerimaan
dari orang lain, kaku, bersikap tertutup, memanipulasi orang lain, dan
sebagainya. Orang sulit biasanya jarang merasa bahwa dirinya bermasalah dan
membutuhkan bantuan untuk mengembangkan dirinya. Ini lah yang membuat mereka
menjadi “ orang sulit”.
C.
Tips
1.
Ketika kita
mengalami kesulitan berinteraksi dengan seseorang jangan cepat-cepat
menyimpulkan bahwa ia adalah “orang sulit”
2.
Analisislah diri
sendiri sebelum menganalisis orang lain apakah kesulitan relasi ini bersumber
dari diri sendiri misalnya, kita mempunyai harapan-harapan yang kurang
realistis terhadapa orang lain berupaya menyamaratakan orang lain dengan diri
sendiri, mengevaluasi orang lain bukan berdasarkan fakta, tetapi lebih pada
asumsi dan prasangka, terlalu peka terhadap kritikan dan penolakan, dan
sebagainya. Jika memang sumbernya adalah diri sendiri, maka mengubah diri lebih
efektif dibandingkan mengubah orang lain.
3.
Sebelum bereaksi
terhadap perilaku orang lain, buatlah analisis terlebih dahulu. Misalnya,
apakah ia memunyai kepribadian yang berbeda dengan saya ? apakah saya bisa
memahaminya dengan mempelajari kecenderungan kepribadiannya? Apakah kesulitan
ini bukan semata-mata bersumber dari perbedaan kepribadian, tetapi karena ia
memang pribadi yang sulit ? jika memang pribadi yang sulit, maka tetaplah
berusaha objektif, jangan terperangkap dalam problem orang lain dan jangan
menjadikannya milik sendiri.
4.
Jangan memberikan
cap kepada orang lain dengan karateristik kepribadiannya karena hal ini akan
semakin memperkuat stereotip kita tantang orang lain. Pengetahuan kecenderungan
kepribadian orang lain adalah sarana bagi kita untuk lebih memahami orang lain
serta menyesuaikan sikap dan pandangan kita saat berinteraksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar